Senin, 25 Mei 2020

Sudut Pandang Lain Tentang Konsep Setia dan Perselingkuhan

"Apasih yang kamu harapkan dari pasangan kamu?"

Mostly, tipikal pertanyaan semacam itu akan dijawab 

"Akusih yang penting dia setia, blablabla"

Kenapa sepertinya, setia menjadi alasan dari seseorang bertahan dalam sebuah hubungan dengan pasangannya. Lalu, perselingkuhan menjadi sebuah ketakutan terbesar dalam bahtera sebuah hubungan. 

Banyak kulihat, orang-orang sanggup bertahan bersama seseorang yang menurutku sangat toxic.
Mengekang, menghambat karir dan perkembangan hidup pasangannya.
Dan mereka bersikap biasa dengan hal toxic itu.

Tapi, kebanyakan orang akan sulit untuk menerima, jika ternyata pasangannya selingkuh.
Sebaik apapun pasangannya, sepertinya tidak ada artinya jika tidak setia. 

kemudian yang lebih menyedihkan adalah,
pasangan yang diselingkuhi akan merasa dirinya menjadi seseorang yang tidak berarti.
Merasa dirinya adalah orang yang paling menyedihkan dan tidak layak untuk dicintai.

Konsep setia dan perselingkuhan ini sungguh memuakkan, bagiku.
Kenapa orang-orang selalu mengasihani mereka yang menjadi korban perselingkuhan?
You guys really dont have to be sorry!
Seseorang yang menjadi korban perselingkuhan bukanlah seseorang yang perlu kalian kasihani, tapi mereka yang berselingkuh yang seharusnya kalian kasihani. 

Semua orang di dunia ini tidak ingin dikasihani. 
Menjadi seseorang yang dikasihani adalah sesuatu yang memuakkan.

"Kasihan yaa dia, isterinya selingkuh"
Stop that!

Hari ini, menjadi korban perselingkuhan adalah sebuah aib.
Sedang menjadi seseorang yang selingkuh adalah sebuah hal yang menyenangkan.
Betapa senjangnya hal ini

Orang-orang harus belajar untuk menilai dengan lebih bijak.
Banyak orang yang menjadi korban perselingkuhan, sesungguhnya ingin mencoba bertahan dan memaafkan.
Namun, pada akhirnya, yang membuat mereka tidak tahan adalah, celotehan orang-orang tentangnya.
Merasa tidak tahan dikasihani
Merasa tidak tahan dipandang sebagai seorang pecundang (re:korban perselingkuhan)
Merasa tidak tahan mendengar orang berkata "sabar yaa.." setiap harinya

Cara pandang orang-orang lah yang seharusnya dirubah.
Menurutku, 
saat ini, berselingkuh adalah sebuah hal yang sulit dihindari.
Manusia hanyalah manusia.
dengan gencarnya sosial media, 
dengan terbukanya jendela dunia,
pasangan kita akan selalu terpapar dengan seseorang yang secara fisik jauh lebih baik dibanding kita semua.
Bukankah hal yang wajar, jika kita sebagai manusia tertarik?

Disamping itu, batasan arti konsep setia dan perselingkuhan terlalu abu-abu
Seseorang mungkin menganggap makan siang dengan lawan jenis lain, bukanlah sebuah perselingkuhan. Namun, seseorang lain menganggap iya.
Seseorang mungkin menganggap video call dan chatting melalui platform sosial media, bukanlah sebuah perselingkuhan. Namun, seseorang lain menganggap iya.
Seseorang berkata "pasanganku setia loh, yaa paling cuma jalan atau makan siang sama temen lawan jenisnya."
Seseorang lainnya berkata "pasanganku setia loh, gapernah tuh jalan atau makan siang sama temen lawan jenisnya."

Seharusnya, hari ini, konsep setia dan perselingkuhan tidaklah sama seperti 20 tahun lalu.
20 tahun lalu, manusia hanya bertemu karena bertatap muka. Pertemuan antar manusia masih terbatas.
20 tahun lalu Belum ada platform instagram dimana wanita bisa dengan leluasa melihat pria berotot fitness. 
20 tahun lalu Belum ada platform tiktok dimana pria bisa dengan leluasa melihat wanita menari-nari dengan sensual.
Sehingga, wajar saja 20 tahun lalu, perselingkuhan menjadi hal yang sangat tabu.

Pada intinya,
banyak hal yang bisa dipertahankan dalam sebuah hubungan. 
Adanya keterikatan emosional
Adanya rasa membutuhkan 
Adanya kewajiban dan tanggung jawab
Adanya komitmen antar keluarga
Lalu, apakah semuanya harus semudah itu hancur hanya karena sebuah perselingkuhan, yang sebenarnya tidak bermaksud apa-apa, melainkan hanya sebuah kesenangan hasrat semata?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar