Sabtu, 28 Januari 2012

Hanya "terlihat" Harmonis

angin menari-nari memainkan rambut lurusku yang kubiarkan terurai dengan tak rapih, aku berjalan kecil sambil menenteng buku-buku pelajaranku.
siang yang panas, cerah dan ramai. aku memutuskan untuk segera pulang ke rumah karena ada tugas yang harus kukerjakan dan ku kumpulkan di kampus.
rumah biru yang memang cukup indah bagiku, tapi ...
saat aku memasuki rumah itu baru saja kulangkahkan kaki ini ku dengar pertengkaran antara ayah dan ibu, ini memang sering terjadi di rumahku. rumah yang "terlihat" harmonis dan penuh kehangatan.
"kamu itu sebagai suami harusnya bisa lebih menghargai istrimu! lebih-lebih aku yang jadi tulang punggung keluargaku! kerjaanmu kan hanya luntang-lantung mencari pekerjaan! lihatlah karirku yang cemerlang ini!" ibuku membentak ayahku sambil menunjuk-nunjuk mukanya
"kamu sebagai istri yang harusnya menghargai suamimu! ingat ros ingat aku imammu! aku kepala keluarga ini! harusnya kau bisa menyempatkan waktumu untukku dan anak-anakmu! dan jangan pernah merendahkanku seperti itu lagi!" 
"jika aku tak kerja seperti ini kita mau makan dari mana? ingat dong kita itu keluarga terpandang! kau saja yang bikin aku tambah pusing cari uang gara-gara usaha bodohmu itu bangkrut! harusnya kau bersyukur aku masih mau menjadi istrimu!"
"tapi apa harus seperti ini? dengan kau menghina ku terus-terusan seperti ini hatiku sakit ros! aku gerah dengan sikapmu yang seperti ini, aku lelaki aku tak mau direndahkan oleh wanita sepertimu! memang salahku yang tak bisa menjadi tulang punggung keluarga kita lagi, tapi aku mohon jangan kau rendahkan aku terus!"

aku hanya terdiam, aku menangis mendengar pertengkaran ibu dan ayah, aku mencintai keluargaku. aku tak butuh semua materi yang ibu berikan padaku aku hanya ingin kasih sayang dari ibu dan ayah. aku tak bahagia hanya karena harta yang berlimpah. bukannya aku tak mensyukuri anugerah Tuhan, tapi aku ingin orang tuaku lebih peka terhadap perasaanku, bukan hanya memenuhi kebutuhan lahir saja. aku juga punya kebutuhan batin, kebutuhan nurani. aku merasa canggung terhadap mereka, untuk berucap terimakasih saja aku tak berani. aku ingin menangis dan berkata semua perasaan ini pada mereka
"ibu ayah aku mohon sudahi pertengkaran ini, untuk ibu maafkanlah ayah. jangan buat dia semakin terpuruk, jangan merendahkan derajat ayah, bu. untuk ayah aku mohon ayah mengertilah jika ibu sedikit sibuk dengan karirnya karena memang ibu melakukan semua ini untuk kita, yah. ayahku tersayang, ibuku tercinta aku mencintaimu, lebih dari apapun. aku tak mau keluarga kita berantakan terus-menerus seperti ini. aku tak ingin mendengar teriakan-teriakan yang saling bergema menyalahkan satu sama lain. cibiran tentang kedudukan, krtikan tentang jabatan. aku ingin kita bisa saling menghargai, saling mengalah, saling percaya, saling mendukung dan saling mencintai juga mengasihi."

2 komentar: