Kamis, 25 April 2013

"Apa yang Lebih Baik Dibanding Kamu? Saat Kamu Satu-satunya yang Peduli sama Aku..."

aku menatap perutku...
ketika itu, saat itu, detik itu...
air mataku meleleh di pipi kananku.
merasa aku sudah benar-benar enggak berguna dan enggak punya harga diri.
aku mengecewakan ayah
aku mengecewakan ibu
aku mengecewakan teman, sahabat, guru, keluarga.
aku-akan-menjadi seorang ibu muda.
anak yang ku kandung adalah nyawa tak berdosa yang harus menanggung malu mempunyai ibu seperti aku.

"kamu gausah malu ya far"

"aku kecewa"
 

"maafkan aku"

"ini salah kita berdua"

"jangan sedih, aku bakalan selalu ada di samping kamu far"

"kenapa kamu gak pergi aja kayak mereka hah? aku kan cuma wanita yang gak punya harga diri"

"jangan ngomong gitu! kamu itu segalanya buat aku"

 "dasar tolol kamu, kenapa harus kamu korbankan nyawa anak tak berdosa ini? kalau aja dulu kita gak bertemu mungkin aku gak harus seperti ini."

"aku mohon far. jangan ngomong kayak gitu terus"

"harusnya aku ngomong gimana? aku jadi gak bisa bahagiain kamu gara-gara ini"

"kamu selalu bahagiain aku selama kamu selalu ada di sisi aku"

"enggak, dhy. kamu gak bahagia kan sekarang? kamu sedih kan sekarang? kamu pergi aja sama cewek lain.. kamu masih bisa dapet cewek baru ko. gak kaya aku yang udah rusak ini" 

air mataku terus mengalir dengan deras, sampai akhirnya mataku sembab.
gak akan ada lagi yang bakalan merhatiin aku... aku sekarang hanya wanita murah yang gak punya masa depan. kenapa aku harus berfikir sependek itu dulu?
bodoh, idiot, tolol!
Tuhan saja pasti malu mengakuiku sebagai hambanya.
apalagi orang tuaku. aku saja sudah malu hidup di dunia ini.
hanya pria itu yang aku punya. hanya dia yang masih setia.
meskipun terkadang aku sering menyalahkan takdir, tapi aku sadar ini semua salahku.

takdir tak tahu menahu tentang keadaanku saat ini. takdir hanya menjadi penonton penderitaanku saat ini.

"ardhy, sekarang cuma kamu yang aku punya."

"masih banyak yang lebih baik mungkin. yang bisa mendampingimu"

"apa maksudnya?"
 

"kamu mau aku meninggalkanmu bukan?"

"kapan aku bicara seperti itu?"

"kamu selalu berkata seperti itu!"

 "Apa yang Lebih Baik Dibanding Kamu? Saat Kamu Satu-satunya yang Peduli sama Aku..."

"maafkan aku far. aku telah cukup membuatmu menderita. aku gak pingin bikin kamu lebih menderita lagi."

"kalau begitu, tetaplah bersamaku. kita besarkan anak kita ini bersama-sama. agar kelak dia tidak menjadi seperti orang tuanya" :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar