Minggu, 18 Maret 2012

"...kau akan jauh lebih baik tanpaku"

sebuah tamparan itu mendarat di pipiku, antara percaya dan tidak seorang ibu yang selama ini sejak aku lahir, sangat aku sayangi menamparku...

"kamu itu tidak tau diri ya jadi anak! kamu itu ibu sekolahkan bertahun-tahun, ibu bina, ibu sayangi. bukannya jadi cewek pintar yang berakal, ini malah jadi anak tak tau malu, kampungan, selera rendahan! mau jadi apa kamu nanti kalo dari sekarang saja sudah bergaul dengan pria seperti dia!"

sungguh hati ini tergores oleh kata-kata seperti itu, apalagi kata-kata itu keluar dari ibu kandungku sendiri, orang yang selama ini selalu ada untukku. Ya Tuhan, aku benar-benar tak tau mengapa ini harus terjadi

"tapi bu, ibu gak pernah tau! dia itu baik sama aku bu, oke dia memang bukan pria yang berlatar belakang baik, dan aku tau bahwa dia terlibat banyak kasus selama ini. mulai dari sekolah sampai sosialnya. tapi ibu gak pernah mengerti. aku cinta sama dia bu, aku menyayanginya. dan dia selalu menghargaiku, dia baik sama aku bu."

"alahh emangnya hidup kamu ke depan cukup sama cinta? kamu pikir hanya dengan cinta kamu bakal sukses gitu? bakal sukses dengan pria urakan kayak dia? kamu tuh laganya aja sekolah di sekolah paling favorit, tapi seleramu? kayak anak gak berpendidikan saja. ibu kecewa sama kamu. apa kamu gak pernah tau gimana pacar yang baik itu? hah?"

"ibu bener-bener keterlaluan! oke aku terima ibu mau mencaci maki katya, tapi mohon dong jangan caci maki  rio, ibu gak punya hati"

aku pun keluar dari rumah dan menghiraukan panggilan dari ibuku. aku membawa kunci motor maticku dan langsung pergi secepat mungkin dengan kecepatan 90km/jam. aku pergi ke cafe di tempat biasa aku main dengan rio. dan aku meminta dia untuk menyusulku. aku menahan tangisku karena aku tau tak mungkin menangis sendirian di sini.
setelah memesan makanan rio pun datang, dia bertanya kenapa dan aku menangis.

"kamu kenapa katya?"

"mama ku marah setelah tau siapa kamu"

"maksudnya?"

"mamaku tau kalo kamu itu banyak terlibat dalam kasus dan mamaku tau kalo kamu sebenernya pernah sekolah disekolahku tapi kamu dipindahkan ke sekolah lain"

"lalu dia tak menyetujui hubungan kita?"

"iya. rio, kamu beneran kan sayang sama aku? aku tau kamu gak bisa berbuat apa-apa karena emang nyatanya kamu seperti ini, tapi aku mohon stay here, jangan tinggalin aku."

"iya katya, aku sayang sama kamu udah jangan nangis, aku janji bakalan terus sama kamu. jangan sedih terus. aku bakalan ngomong sama mama kamu"

"jangan, itu malah bikin mama aku nambah marah"


"jadi sekarang gimana? apa kita harus pisah?"

"tapi aku gak bisa , aku sayang sama kamu."


semua diam, aku diam dan rio diam. aku menangis, dan dia hanya menatapku dalam dalam. aku benar-benar bingung, sedih, kecewa. sampai akhirnya rio memulai pembicaraan lagi

"aku menyesal bertemu denganm, kat. aku menyesal kalo akhirnya harus seperti ini mengapa kita harus bertemu? aku terlanjur menyayangimu, kaupun begitu. sampai akhirnya takdir memaksa kita untuk salam perpisahan. aku minder sama kamu, kamu cantik, pintar, baik, kaya, kamu mendeati sempurna katya. sedangkan aku? aku mengerti jika ibumu melarangmu bergaul dengan orang sepertiku, karena kamu terlalu indah untukku katya. kamu masih punya masa depan cerah. tak seperti aku. sudahlah, sebaiknya sekarang kita berpisah."

"kamu jahat! kamu hanya ada saat aku bahagia, sedangkan sekarang? saat aku menangis? kau malah meninggalkanku!"
 

"bukan seperti itu, kau harus percaya. aku menyayangimu. but, look this situation. aku melakukan ini, karena aku yakin ini yang terbaik untukmu dan tidak untukku. aku rela menahan kepedihanku demi kebahagiaanmu. karena aku yakin kau akan membangun masa depanmu dengan jauh lebih baik, jika tanpa aku. kamu harus dewasa katya, jangan hanya berfikir dengan perasaan, tapi dengan akal. cintaku padamu tak cukup untuk membahagiakanmu. jangan munafik katya, suatu saat nanti kau pasti membutuhkan materi dariku, tak hanya cinta. aku menyayangimu"

mungkin dia benar, tapi Tuhan, mengapa kau mempertemukanku dengan dia? jika semuanya harus berakhir mengenaskan seperti ini.
cintamu padaku kandas, dan akhirnya... air mata lagi.


with love,
Ilma :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar